Kami bisa jalan-jalan ke Singapore bukan karena kami kaya atau anak orang kaya. JJS kami adalah budget trip ala backpacker: pesan tiket pesawat termurah di Air Asia, menginap di hostel, makan di warung dan jalan-jalan naik MRT.
Hope our story can inspire you. We don't need to be rich to travel the world :) Bolak Balik Bolak Balik
Terburu-buru dari kawasan Raffles Station, kami menuju ke BUGIS Street lagiiii. Sampai di Bugis street kami disambut dengan bejubel manusia yang berdesak-desakan ingin mengelilingi Bugis Street juga. Haduuh, sudah kaki pegel banget, penuh sesak pula. Namun, perjuangan tidak boleh berakhir di sini saja. Kami tetap nekad bergabung dengan lautan manusia tersebut demi membeli oleh-oleh untuk kalian semua ;)
Kami susuri lantai satu dan lantai dua dengan seksama. Sepatu, sandal, tas, baju-baju, semua bikin ngiler berat. Akhirnya kami menemukan beberapa barang yang layak kami bawa pulang, yaitu baju-baju lucu ;) Saya juga sempat membeli oleh-oleh. Di sini banyak ditemukan kaos-kaos bertuliskan Singapore atau Bugis Street, lumayan untuk oleh-oleh. Harganya murah SGD 10 dapat 3 biji hihihi. Setelah mondar-mandir sana sini, badan kami benar-benar pegal semua, terutama telapak kaki yang rasanya sudah mati rasa. Perut juga mulai keroncongan. Akhirnya kami putuskan untuk hengkang dari Bugis Street dengan hasil belanjaan satu tas bagor besar yang kami bawa dari rumah *btw, tas ini yang nanti akan sangat merepotkan kami nantinya huhuhu.
Kami susuri lantai satu dan lantai dua dengan seksama. Sepatu, sandal, tas, baju-baju, semua bikin ngiler berat. Akhirnya kami menemukan beberapa barang yang layak kami bawa pulang, yaitu baju-baju lucu ;) Saya juga sempat membeli oleh-oleh. Di sini banyak ditemukan kaos-kaos bertuliskan Singapore atau Bugis Street, lumayan untuk oleh-oleh. Harganya murah SGD 10 dapat 3 biji hihihi. Setelah mondar-mandir sana sini, badan kami benar-benar pegal semua, terutama telapak kaki yang rasanya sudah mati rasa. Perut juga mulai keroncongan. Akhirnya kami putuskan untuk hengkang dari Bugis Street dengan hasil belanjaan satu tas bagor besar yang kami bawa dari rumah *btw, tas ini yang nanti akan sangat merepotkan kami nantinya huhuhu.
Karena cacing di perut sudah menari India, kami putuskan untuk makan di Burger King tepat di depan Bugis Street. Kami hanya memesan kentang dan spicy chicken yang gosong semua dan tidak enak, sebel deh kalau ingat. Tapi karena sudah lapar banget dan malas cari tempat, mau bagaimana lagi. Dengan sigap kami lahap ayam warna hitam tersebut. Total berdua SGD 8.
Waktu menunjukkan pukul 10 malam. Jangan lupa kami belum jadi foto-foto di Merlion Park, hahahaha. Waktu bagaikan terbang tak terasa cepat berlaluuuuu.
Seperti biasa, kami buru-buru lagi menuju stasiun Bugis dan meluncur ke Raffles station, lagi. Jangan kira keluar masuk stasiun itu enak ya, jalannya itu loooo, benar-benar bikin sehat wal afiat! Karena berada di bawah tanah, otomatis kita harus naik turun eskalator, memutar mencari pintu masuk, dan kalau tidak pakai tiket terusan harus beli tiket dulu, jarak dari luar stasiun sampai masuk ke kereta lumayan juga, lumayan bikin kesemutan kaki. Malam itu, energi kami makin menipis, ditambah lagi tas bagor gila yang berat itu. Kami bergantian menyeret tas tersebut kemana-mana. Sudah berasa bawa koper pakai roda kali ya. Suara seretannya pun cukup khas dan mengganggu hehe. Bodo amat deh mau sobek atau rusak *akhirnya memang sobek nanti hihihi. Kami juga dengan pedenya, duduk selonjor di eskalator yang panjang atau tinggi ya, waktu tempuh eskalator lumayan untuk istirahat hehe. Diliatin orang? Kami tidak peduli, sudah capek beraaaaaat hehe.
Singkat cerita kami turun di Raffles station, lagiiii..
Patung Merlion Tersambar Petir
Sampailah kami di stasiun Raffles. Jalan kaki menuju Merlion Park lagi-lagi cukup lumayan. Kami harus menyusuri gedung perkantoran dan menyeberang melewati hotel mewah. Ya, kami lewat dalam hotel untuk tembus ke area yang terkenal itu. Eskalator demi eskalator kami naiki. Lorong-demi lorong kami susuri. Semangat kami kembali naik di sini. Lumayan sepi karena sudah agak malam, jam 10. Kami bercanda ria dan tak lupa berfoto. Di lorong hotel ini, dikelilingi kaca. Untung banget, jadi kami bisa foto berdua dengan bantuan kaca. Eh taunya ada sepasang bule separuh baya mendatangi kami nawarin bantuan. Senangnyaaaa. Sayangnya, si bule selalu blurr saat memfoto kami. Hingga 3 jepretan dan doi menyerah, istrinya juga kayaknya sudah pasrah hehe. Kami juga nggak enak, setelah kami mengucap thank you so much, mereka berlalu meninggalkan kami ;)
Lanjuuut, begitu keluar dari hotel, kami akhirnya menemukan Merlion Park. OMG, di malam hari memang indah sekaliii. Tempatnya mirip Darling Harbour Sydney. Pelabuhan dikelilingi kafe-kafe gaul di sekelilingnya. Di tengah-tengah ada hotel kapal yang terkenal ituuu. Lampu-lampu berkilauan di sana-sini. Saya dan Zata langsung tancap gas berfoto-foto riaaaa. Kami agak lupa dengan capek tidak karuan kami seharian ini. Kami segera menuju ke patung Merlion yang terkenal itu.
Sayang oh sayang, si patung Merlion besar sedang dalam renovasi dan ditutup. Doi habis tersambar petiiiiiir. Bisa-bisanya yaaa? Yah, kali ini kami memang kurang beruntung. Sebagai hiburan, tersedia patung merlion mini yang jadi rebutan untuk foto bareng ;). Saya dan Zata pun ikut-ikutan rebutan foto bareng si merlion kecil.
Kami lalu jalan lagi ke bagian atas. Tempatnya seperti jembatan dan tersedia tempat duduk di sepanjang jalan. Kami akhirnya duduk-duduk di sini sambil istirahat, berfoto, minum, istirahat lagi, foto lagi, minum lagi, dst hingga jam 11 malam lebih.
Setelah bosan, kami memutuskan untuk kembali ke hostel. Kali ini kami mengambil jalan lain. Kami menyeberang jalan raya. Kami juga dengan pedenya menyusuri restoran hotel yang tadi kami masuki sebagai jalan tembus. Restoran ini berada di pinggir sungai dengan dua jembatan berkilauan lampu. Saya dan Zata agak ragu ini adalah jalan umum, tapi kami cuek aja melewati bule-bule yang sedang makan romantis. Suara tas seret kami masih mengiringi kami di tengah alunan musik jazz yang tenang di restoran tersebut, hehehe. Sepanjang jalan, kami masih sempat berfoto dan berfotooo lagi hingga akhirnya kami sampai di stasiun Raffles dan kembali ke Lavender.
Fiuuuuh, sampai hostel, kami sudah lapar lagiii. Akhirnya kami memasak, eh lebih tepatnya menyeduh popmie yang Zata bawa dari rumah, hihihi. Setelah mandi air hangat, kami masih punya agenda. Ini sangat penting, yaitu memasang salonpas pada kaki kami masing-masiiiiing, hehehehe. Saya tidak lebay ya, bener-bener cenat cenut nya ngalahin yang dialamin SM*SH! Untung Zata si cerdas nan brilian membawa amunisi salonpas dari tanah air. Akhirnya kami bisa tidur nyenyak. Serasa memijat sendirii, hihihi.
Yaaah, petualangan SQ hampir berakhir. Besok pagi masih ada cerita seru dan kenekatan kami di bandara Changi, tunggu yaa ;)
... bersambung ke sini.Dila with love :*
No comments:
Post a Comment